MAKKATA – JATAKA


Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana tentang seorang Bhikkhu yang curang atau suka menipu. Ketika hal ini diceritakan kepada Sang Guru, beliau berkata,” Para Bhikkhu, bukan hanya kali ini orang ini menjadi penipu, tetapi juga di masa lampau ketika terlahir sebagai seekor kera dan dia menipu demi mendapatkan api. Kemudian beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.

Dahulu kala, ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta dilahirkan di sebuah keluarga brahmana di sebuah desa di Kasi. Ketika tumbuh dewasa, dia mendapatkan pendidikannya di Takkasila dan menetap disana. 

Istrinya pada saat itu melahirkan seorang putra dan meninggal dunia  ketika anaknya baru bisa berlari. Suaminya melakukan upacara pemakamannya dan kemudian berkata, “Apalah gunanya rumah ini bagiku sekarang ? Saya dan anak saya akan menjalani kehidupan sebagai petapa.” Meninggalkan teman teman dan sanak keluarganya dalam linangan air mata, dia membawa anaknya ke Himalaya, menjadi seorang petapa dan hidup dengan memakan buahan dan akar-akaran yang terdapat di dalam hutan.

Pada suatu hari di musim hujan, setelah hujan lebat reda, dia menyalakan api dan berbaring di alas tidurnya, menghangatkan dirinya di perapian. Dan anaknya duduk di sampingnya sambil menggosok kakinya. 

Kala itu seekor kera hutan yang menderita karena kedinginan melihat api di gubuk daun milik petapa tersebut,” Sekarang, kalau saya masuk ke dalam, mereka akan berteriak, “Kera, Kera” dan memukuli saya. Saya tidak akan mendapat kesempatan untuk menghangatkan diri – Saya ada ide,” pikirnya. “Saya akan mengambil sehelai jubah petapa dan masuk ke dalam dengan sebuah muslihat.” Lalu dia pun memakai jubah bekas milik petapa yang telah meninggal, mengangkat keranjang dan tongkat dan berdiri di depan pintu gubuk, tempat dia membungkuk di samping sebuah pohon kelapa. 

Sang anak melihatnya dan berkata kepada ayahnya (dia tidak mengetahui bahwa dia adalah seekor kera) “disini ada seorang petapa tua, sudah pasti menderita karena kedinginan datang untuk menghangatkan dirinya di perapian”. Kemudian dia menjelaskan kepada ayahnya di dalam kata-kata bait pertama, memohon ayahnya untuk memperbolehkan orang malang tersebut untuk menghangatkan dirinya.
Ayah, lihatlah orang tua malang yang berdiri di dekat sebuah pohon kelapa disana !Disini kita memiliki gubuk untuk berteduh; marilah kita memberikan tempat teduh kepadanya 
Ketika mendengar ini, Bodhisatta berdiri dan berjalan ke pintu, tetapi ketika melihat makhluk itu adalah kera, dia berkata, “Anakku, manusia tidak memiliki wajah seperti itu, dia adalah seekor kera dan tidak boleh dipersilahkan masuk.” Kemudian dia mengulangi bait kedua
Dia hanya akan mengotori tempat kita jika dia melangkah masuk melalui pintu;Wajah seperti ini – sangat mudah diketahui – tidak ada brahmana yang memilikinya

Kemudian Bodhisatta mengambil sebatang kayu dan melemparkannya ke arah kera itu serta mengusirnya,” Apa yang anda inginkan disana ?”. kemudian si kera menanggalkan jubahnya, memanjat pohon dan menghilang dalam hutan tersebut.

Setelah mengakhiri uraian ini, Sang Guru mempertautkan kisah kelahirannya – Bhikkhu yang menipu itu adalah si kera, Rahula adalah anak petapa dan DiriKU lah si petapa itu.



Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Copyright © 2011. Cerita Jataka - Kisah Sang Buddha Gautama pada masa kelahiran lampau - All Rights Reserved
Template Proudly powered by Blogger