ARAKA – JATAKA


Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika sedang berdiam di Jetavana tentang Metta Sutta.
Pada suatu kesempatan, Sang Guru menyapa para bhikkhu, “Para Bhikkhu, cinta kasih dengan semua pengabdian pikiran, merenungkan, meningkat, menjadikan sebuah alat pemgembangan, menjadiakan tujuan anda satu-satunya pelatihan, menjadiy ang baik denan harapan untuk menghasilkan sebelas berkah. Dan apa sajakah sebelas berkah itu ? Yaitu Dia dapat tidur dengan gembira dan bangun dengan gembira, dia tidak bermimpi buruk, orang-orang menyukainya, dewa melindunginya, api, racun dan pedang tidak dapat mendekatinya, dengan cepat dia menjadi terserap dalam pikirannya, tampangnya menjadi tenang, dia mati tanpa rasa takut, tidak perlu kebijaksanaan yang lebih jauh dan dia pergi ka alam brahma.

Cinta kasih, Para Bhikkhu, dilatih dengan penolakan keduniawian dari harapan seseorang, -- dan selanjutnya –“bisa diharapkan untuk menghasilkan sebelas berkah. Untuk menyanjung cinta kasih yang bisa menghasilkan sebelas berkah ini, Para Bhikkhu, seorang bhikkhu seharusnya menunjukkan cinta kasih kepasa semua makhluk hidup, dengan sengaja atau tidak, dia harus menjadi seorang teman terhadap yang ramah, juga teman terhadap yang tidak ramah, dan seorang teman terhadap yang biasa, demikianlah terhadap semuanya tanpa perbedaan. Apakah diundang atau tidak, dia harus menunjukkan cinta kasih, rasa simpati dengan suka dan duka, melatih ketenangan hati, dia harus melakukan pekerjaannya melalui empat kediaman luhur. Dengan melakukan seperti itu, dia akan mencapai alam brahma bahkan tanpa “jalan” atau “buah’. Orang bijaksana di masa lampau, dengan melatih cinta kasih selama tujuh tahun, telah berdiam di alam brahma selama tujuh zaman, masing-masing dengan satu periode pasang surut. Dan beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.

Dahulu kala di masa lampau, Bodhisatta dilahirkan di dalam keluarga Brahmana. Ketika tumbuh dewasa, dia meninggalkan kesenangan indriawi dan menjalankan kehidupan seorang pertapa dan mengembangkan empat kediaman luhur. 

Namanya adalah Araka, dan dia menjadi seorang guru dan tinggal di wilayah Himalaya dengans sekelompok pengikut. Menasehati orang-orang bijaksananya, dia berkata. “Seorang petapa harus menunjukkan cinta kasih, haruslah dia menunjukkan cinta kasih baik suka maupun duka dan penuh dengan ketenangan hati; selama pikiran cinta kasin ini ada, maka dicapai dengan tekad mempersiapkannya ke alam brahma.” Dan sambil menjelaskan berkah dari cinta kasih, dia mengulangi bait-bait berikut :
Hati dengan perasaan cinta kasih yang tak terbatas kepada segala sesuatu yang hidup;Di surga atas, di alam bawah, dan ditengah bumi ini.Dipenuhi semua perasaan cinta kasih tanpa batas, kemurahan hati tanpa batas, demikian sebuah hati tidak akan pernah sempit dan terbatas.

Demikianlah Bodhisatta menguraikan kepada murid-muridnya tentang melatih cinta kasih dan berkahnya. Dan tanpa terpurus dalam meditasinya. Dia pun terlahir kembali di alam brahma dan selama tujuh jaman, masing-masing dengan pasang surutnya, dia tidak muncul lagi di dunia ini.

Setelah menyampaikan uraian ini, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka –Pada masa itu, sekelompok orang bijaksana adalah pengikut Sang Buddha sekarang dan Aku sendiri adalah Guru ARaka


Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Copyright © 2011. Cerita Jataka - Kisah Sang Buddha Gautama pada masa kelahiran lampau - All Rights Reserved
Template Proudly powered by Blogger