Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di VeỊuvana,
tentang seseorang yang berusaha untuk membunuh. Di dhammasabhā, para bhikkhu
sedang membahas tentang sifat jahat Devadatta. “Āvuso, mengapa Devadatta
berusaha membunuh Dasabala dengan menyuruh pemanah dan orang lainnya untuk
melakukan itu?”
Sang Guru masuk ke dalam ruangan itu dan bertanya, “Apa yang sedang
kalian bicarakan ini dengan duduk bersama?” Mereka memberitahukan Beliau. Dan
Beliau berkata, “Ini bukan kali pertamanya ia berusaha untuk membunuh diriku,
sebelumnya juga sama,” dan Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau kepada
mereka.
******
Dahulu kala hiduplah seorang raja yang berkuasa di Kosambi yang
bernama Kosambaka. Pada waktu itu Bodhisatta terlahir menjadi anak seekor ayam
betina yang hidup di dalam hutan bambu, yang kemudian menjadi pemimpin bagi
sekelompok unggas di dalam hutan yang berjumlah sekitar beberapa ratus ekor.
Tidak jauh dari sana ada seekor burung elang, yang selalu mencari kesempatan
untuk menangkap dan memakan unggas-unggas tersebut sampai akhirnya ia telah
memakan habis semuanya, tinggal Bodhisatta sendiri. Tetapi Bodhisatta selalu
berhati-hati sewaktu mencari makanan dan tinggal di dalam pohon bambu yang
lebat daunnya. Di sini burung elang itu tidak bisa menangkapnya maka ia
memikirkan cara agar dapat dapat menangkapnya.
Kemudian ia bertengger di dahan pohon dan meneriakkan, “Unggas yang
berharga, apa yang membuatmu takut kepadaku? Saya ingin sekali berteman
denganmu. Sekarang di tempat itu (dengan menyebutkan namanya) ada banyak
makanan; mari kita pergi makan bersama di sana, dan hidup berteman.”
“Tidak, Tuan
yang baik,” jawab Bodhisatta, “tidak akan bisa ada persahabatan di antara saya
dan Anda, jadi pergilah!”
“Tuan yang baik, kamu tidak mempercayaiku dikarenakan perbuatanku
dulu; tetapi saya berjanji saya tidak akan melakukannya lagi!”
“Tidak, saya tidak suka berteman dengan orang yang demikian; saya
bilang, pergilah!” Lagi, untuk ketiga kalinya Bodhisatta menolaknya: “Tidak
akan pernah ada persahabatan dengan makhluk yang memiliki sifat demikian!”, dan
ia membuat hutan yang luas itu bersuara, dewa di dalam hutan itu bertepuk
tangan setelah ia mengucapkan bait-bait kalimat berikut:
Jangan percaya pada mereka yang berkata bohong, atau mereka yang hanya tahu Akan kepentingan sendiri, atau mereka yang telah berbuat dosa, atau yang terlalu alim penampilannya.
Sebagian orang memiliki sifat yang sama dengan burung ini, selalu haus dan penuh dengan keserakahan: Hanya akan berkata baik di mulut saja, tetapi tidak akan dilakukan.
Hal ini menyebabkan tangan-tangan yang kering dan hampa, suaranya akan menunjukkan hatinya; Menjauhlah dari mereka yang tidak tahu berterima kasih (makhluk yang tidak berguna).
Jangan mempercayai wanita atau laki-laki yang pikirannya tidak tetap, Atau membuat persahabatan dengan orang yang demikian.
Ia yang berjalan di jalan kejahatan, akan selalu terancam dengan kematian, Tidak tabah, jangan mempercayai dirinya, seperti pedang yang ingin keluar dari sarungnya.
Sebagian orang mengeluarkan kata-kata lembut yang tidak berasal dari dalam hatinya, mencoba untuk menyenangkan Dengan banyak cara persahabatan, jangan mempercayai mereka ini.
Ketika orang yang memiliki pikiran jahat ini melihat, makan atau mencari sesuatu, Ia akan melakukan semua yang buruk, ia akan pergi ke tempat yang buruk, tetapi ia akan menjadi racun bagi dirimu terlebih dahulu.
Ketujuh bait kalimat tersebut diucapkan oleh raja unggas itu, kemudian
keempat bait kalimat berikut ini diucapkan oleh raja keyakinan, yaitu kata-kata
yang terinspirasi oleh pandangan seorang Buddha:
Terdapat banyak musuh dalam sikap luar yang ramah, memberikan bantuannya; Seperti ayam yang meninggalkan elang, itu adalah hal paling baik untuk menghindari yang jahat.
Barang siapa yang tidak dapat mengenal situasi kejadian dengan cepat, Ia akan masuk dalam pengaruh musuhnya dan menyesal setelahnya.
Barang siapa yang dapat mengenali situasi kejadian dengan cepat, Seperti ayam yang mengetahui perangkap dari elang, ia akan melarikan diri dari cengkeraman musuhnya.
Dari jebakan yang sulit dihindari dan membahayakan, Mematikan, yang dibuat di pohon dalam hutan, Sama halnya dengan ayam yang lari dari elang, Orang lain yang melihat hal demikian juga harus pergi.
Setelah mengucapkan bait-bait kalimat berikut, ia berkata kepada elang
sambil menjauh darinya, “Jika kamu masih tetap tinggal di tempat ini, saya
tahu harus melakukan apa.” Elang tersebut terbang dan pergi ke tempat yang
lain.
------
Sang Guru mengatakan ini setelah menyampaikan uraiannya, “Para
bhikkhu, di masa lampau sama seperti sekarang ini Devadatta berusaha untuk
membuat kehancuran diriku,” dan kemudian Beliau mempertautkan kisah kelahiran
ini: “Pada masa itu, Devadatta adalah burung elang dan saya sendiri adalah
ayam.”
Posting Komentar