GIJJHA-JATAKA


Kisah ini diceritakan Sang Guru tentang seorang Bhikkhu yang menghidupi ibunya. Ketika Sang Guru bertanya kepadanya apakah dia, seorang bhikkhu benar menghidupi umat awam yang masih hidup di dunia ini. Bhikkhu ini pun mengiyakannya, “Apakah hubungan dirinya denganmu?” tanya Sang Guru.

“Mereka adalah orang tua saya Bhante,” jawab sang murid
“Bagus bagus, “ kata Sang Guru dan dia meminta para bhikkhu untuk tidak marah kepada Bhikkhu ini.

“Orang bijak di masa lampau,” katanya .” telah melayani orang-orang yang bukan sanak saudaranya. Kewajiban orang ini adalah menghidupi orang tua nya sendiri.” Berbicara tentang ini, Beliau kemudian menceritakan sebuah kisah masa lampau.


Dahulu kala, ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta dilahirkan sebagai seekor burung hering di puncak Gunung Burung Hering dan mencari makan untuk orangtuanya.
Suatu saat terjadi angina kencang dan hujan lebat. Burung-burung hering ini tidak dapat menghadapinya, sebagian dari mereka membeku, dan terbang ke Benares dan disana di dekat tembok dan sebuah parit mereka duduk, gemetar kedinginan.

Seorang pedagang dari Benares sedang keluar dari kota dalam perjalanan untuk mandi ketika dia melihat burung-burung hering yang menyedihkan ini. Dia meletakkan mereka disuatu tempat yang kering , membuat perapian, dan memberikan mereka beberapa potong daging sapi dari tempat pembakaran ternak serta menyuruh seorang untuk menjaga mereka.

Ketika badai reda, keadaan burung-burung hering ini sudah membaik dan mereka terbang ke daerah pegunungan secara bersama-sama. Tanpa menyia-nyiakan waktu, mereka bertemu berunding bersama. 
“Seorang pedagang Benares telah menolong kita dan sebuah kebaikan patut dibalas dengan kebaikan lain, mulai sekarang kalau ada dari kita yang menemukan sehelai pakaian atau perhiasan, maka kita harus membawanya ke halaman rumah pedagang itu.

Maka sejak itu, jika mereka melihat ada orang yang menjemur pakaian atau perhiasan di bawah matahari, menunggu saat mereka lengah, mereka menyambarnya dengan cepat, seperti seekor elang menyambar sepotong daging dan menjatuhkannya di halaman pedagang itu. Akan tetapi, setiap kali melihat burung-burung itu membawakannya sesuatu, pedagang itu selalu menyisihkannya.

Mereka memberitahukan kepada raja tentang bagaimana burung-burung hering melakukan penjarahan di kota, “Tangkaplah seekor burung hering untukku.” Kata sang raja. “ dan saya akam membuat mereka mengembalikan semuanya.” 

Maka jebakan dan perangkap dibuat dimana-mana,  burung-burung hering yang patuh ini akhirnya pun tertangkap. Mereka menangkapnya dengan tujuan membawanya kepada raja. 

Pedagang tersebut, dalam perjalanannya untuk menghadap raja melihat segerombolan orang berjalan dengan seekor burung hering. Dia bergabung dengan mereka karena takut akan menyakiti burung hering tersebut. Kemudian mereka membawanya ke hadapan raja.

“Anda menjarah kota kami dan membawa pergi pakaian-pakaian dan berbagai jenis barang.” Mulainya “Ya Paduka,”
“Kepada siapakah kalian berikan semua itu ?” tanya raja
“Seorang pedagang dari benares.”
“Mengapa ?”
“Karena dia telah menyelamatkan nyawa kami dan konon suatu kebaikan pantas dilabals dengan kebaikan lainnya, itulah sebabnya kami memberikan hadiah kepadanya.” Jelas burung tersebut.
Kemudian raja berkata, “Wahai Burung Hering, konon, dapat menemukan bangkai dalam jarak yang jauhnya seratus yojana, dan apakah anda tidak dapat melihat serangkaian perangkap yang sudah tersedia untukmu?” Dan dengan kata-kata ini, dia mengulangi bait pertama.
Seekor burung hering bisa melihat bangkai yang terletak sejauh seratus yojanaKetika anda hinggap diatas sebuah perangkap, tidakkah anda melihatnya ? Jujurlah !
Burung hering tesebut mendengarkan dan kemudian mengulangi bait kedua
Ketika kehidupan sudah sampai pada ajalnya, dan waktu maut menghampiri;Walaupun anda telah mendekatinya, tidak ada perangkap dana jebakan yang bisa anda lihat. 
Setelah mendengar balasan dari burung hering tersebut, raja berpaling ke pedagang tersebut, “Apakah benar semua barang ini telah dibawakannya untuk anda ? oleh para burung hering ini ?”
“Iya Paduka.”
“Ada dimana barang-barang itu sekarang semua ?”
“Paduka, semuanya saya sisihkan, masing-masing penduduk bisa mendapatkan kembali barang kepunyaan mereka – lepaskan burung hering ini.” Pinta sang pedagang.
Kemudian sang raja pun membebaskan burung hering ini dan pedagang mengembalikan semua barang kepada pemiliknya.

Ketika Sang Guru selesai memaklumkan kebenaran ini dan mempertautkan kisah kelahiran mereka, Pada masa itu, Ananda adalah sang raja, Sariputta adalah si pedagang itu dan Aku adalah burung hering tersebut.



   











Setelah selesai menyampaikan uraian ini,  Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka – Orang yang mengabaikan nasehat itu adalah Indasamanagotta dan diriKu adalah guru yang menasehatinya

Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Copyright © 2011. Cerita Jataka - Kisah Sang Buddha Gautama pada masa kelahiran lampau - All Rights Reserved
Template Proudly powered by Blogger