NAKULA – JATAKA

Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru sewaktu berdiam di Jetavana tentang dua orang yang bertengkar. Sang Guru berkata,” Ini bukan pertama kalinya, Para Bhikkhu. Kedua bangsawan ini telah didamaikan oleh diri-Ku, sebelumnya, aku juga telah pernah mendamaikan mereka,” kemudian beliau menceritakan sebuah kisah lampau

Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di sebuah desa sebagai salah satu anggota keluarga brahmana. Ketika beranjak dewasa, dia dididik di Takkasila, kemudian meninggalkan kehidupan keduniawian; dia menjadi seorang petapa, mengembangkan kesaktian; pencapaian meditasi dan berdiam di daerah pegunungan Himalaya, hidup dengan memakan akar-akaran dan buah-buahan yang dikumpulkannya dalam pengembaraannya.

Di akhir perjalanan ke tempat terpencilnya, hidup seekor musang di sebuah gundukan rumah semut; dan tidak jauh dari sana, hidup seekor ular di sebuah pohon berlubang. Mereka berdua, ular dan musang tidak henti-hentinya bertengkar. Bodhisatta memberikan wejangan kepaa mereka tentang keburukan dari pertengkaran dan kebaikan dari kedamaian dan mendamaikan mereka, kemudian mereka berkata, “kalian harus menghentikan pertengkaran ini dan hidup berdamai.”

Ketika ular berada di luar, di ujung jalan berbaring dengan kepala berada di luar gundukan rumah semut, mulutnya terbuka dan kemudian jatuh tertidur, bernafas dengan dengusan yang kuat. Bodhisatta melihat dia tertidur disana dan bertanya.” Mengapa, apa yang anda takutkan ?”  sambil mengulangi bait pertama :
Wahai makhluk, musuhmu sejak dari telur, sekarang sebagai seorang sahabat sejati telah terjalin;Mengapa tidur disana dengan semua gigimu terpampang ? apakah yang anda takutkan ?

“Tuan,” kata si musang “ Jangan pernah meremehkan seorang mantan musuh, tetaplah selalu waspada terhadapnya.” Dan dia mengulangi bait kedua :
Jangan pernah meremehkan seorang musuh dan jangan pernah mempercayai seorang teman;Ketakutan yang bersemi dari sesuatu yang tidak dtakutkan akan menghancurkan dan menghabisi.
“Jangan takut,” kata Bodhisatta,” saya telah membujuk ular untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat menyakitimu; jangan tidak percaya lagi padanya.” Dengan saran ini, dia melanjutkan kehidupannya dengan mengembangkan kediaman luhur; dan kemudian terlahir kembali dialam brahma dan menerima hasil perbuatannya.

Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka – Pada masa itu, kedua bangsawan itu adalah si ular dan musang tersebut dan Aku adalah sang pertapa

Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Copyright © 2011. Cerita Jataka - Kisah Sang Buddha Gautama pada masa kelahiran lampau - All Rights Reserved
Template Proudly powered by Blogger