Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana, tentang godaan nafstu terhadap seorang Bhikkhu oleh mantan istrinya. Bhikkhu tersebut ditanya oleh Sang Guru apakah benar bahwasannya dia menyesal. Dia mengiyakannya,” Karena siapa ?” adalah pertanyaan berikutnya. “Mantan istriku.”
“Bhikkhu, wanita ini dimasa lampau adalah jahat dan membuatmu memakan sisa-sisa makanan dari kekasihnya.”
Kemudian Beliau menceritakan kisah masa lampau.
Dahulu kala, ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta dilahirkan sebagai salah satu anggota keluarga pemain acrobat yang miskin dan hidup dari meminta-minta. Jadi setelah tumbuh dewasa, dia miskin dan terlantar dan hidup dengan meminta-minta.
Kala itu, disebuah desa di Kasi, terdapat seorang brahmana yang istrinya jahat, kejam dan melakukan perbuatan yang salah. Dan terjadi ketika suaminya sedang berpergian untuk sesuatu hal, kekasih wanita itu memperhatikan waktu suaminya dan mengunjungi rumah itu.
Setelah wanita itu menerimanya, kekasih itu berkata,” Saya akan makan sedikit sebelum pergi.” Jadi wanita itu menyiapkan makanan dan menghidangkan nasi panas dengan saus dan kari, kemudian memberikan kepada kekasihnya itu dan memintanya untuk makan sedangkan sambil berdiri di pintu, ia mengamati kedatangan brahmana tersebut, pada saat itu juga, Sang Bodhisatta berdiri menunggu sesuap nasi.
Kemudian Brahmana itu berjalan pulang menuju ke rumah, istrinya melihat dia semakin dekat dan segera berlari ke dalam –“Berdiri, suamiku sedang berjalan kesini.” Dan wanita tersebut menyuruh kekasihnya turun ke ruang penyimpanan.
Sementara suaminya masuk; wanita itu memberinya tempat duduk dan air untuk mencuci tangan. Dan diatas nasi dingin yang ditinggalkan oleh kekasihnya, dia menambahkan nasi panas dan menghidangkan kepada suaminya.
Suaminya memasukkan tangannya ke nasi itu dan merasakan panas diatas, dingin di bawah, “ini pasti sisa makanan dari orang lain.” Pikirnya dan dia bertanya kepada istrinya dengan kata-kata dalam bait pertama
Panas diatas dan dingin dibawah; sepertinya tidak sama
Saya menanyakan alasannya kepadamu; Mari istriku, berikan jawabanmu kepadaku.
Berulang kali dia bertanya, tetapi istrinya takut kalau-kalau perbuatannya terungkap, maka dia pun tetap bungkam. Kemudian sebuah pikiran melintas di kepala pemain acrobat ini,” Lelaki yang yang berada di dalam ruang penyimpanan pastilah seorang kekasih gelap dan ini adalah kepala rumah tangga ini; istrinya tidak berkata apa-apa. Takut kalau perbuatannya terbongkar. Saya akan menerangkan seluruh kejadian ini dan menunjukkna kepada brahmana bahwa ada sorang laki-laki yang bersembunyi di ruang penyimpanannya.”
Dan dia menceritakan seluruh kejadian kepada brahmana tersebut; bagaimana ketika dia
keluar dari rumahnya, orang lain masuk dan melakukan perbuatan yang salah. Bagaimana orang tersebut telah memakan nasi yang pertama dan istrinya berdiri depan pintu untuk mengawasi dan bagaimana laki-laki itu bersembunyi di ruang penyimpanan, dan untuk mengatakannya, dia mengucapkan bait kedua
Saya adalah seorang pemain akrobat Tuan; saya datang dengan tujuan mengemis disini. Dia yang anda cari sedang bersembunyi di ruang penyimpanan, kesanalah dia pergi !
Dengan menarik rambutnya, dia memaksa laki-laki itu keluar dari tempat persembunyiannya dan memintanya untuk tidak mengulangi perbuatannya. Brahmana tersebut mengecam dan memukul mereka berdua dan memberi pelajaran agar mereka tidak akan melakukan hal yang seperti itu lagi. Kemudian dia meninggal dunia dan menerima hasil perbuatannya.
Di akhir kebenarannya, Bhikkhu yang tadinya menyesal itu mencapai tingkat kesucian Sotapanna – Mantan istrinya adalah istri dari brahmana itu; anda lah si brahmana itu sendiri sedangkan Aku adakah pemain akrobat
Posting Komentar