Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana tentang seorang Bhikku yang menyesal. Ketika Sang Guru menanyakan apakah benar kalau dia adalah seorang Bhikkhu yang menyesal, bhikkhu tersebut mengiyakan. Ketika ditanya apa alasannya, dia menjawab bahwa nafsunya bangkit ketika dia melihat seorang wanita yang berpakaian indah.
Kemudian Sang Guru berkata kepadanya sebagai berikut, “Wahai Bhikkhu, wanita menggoda laki-laki dengan bentuk badan dan suara mereka, wewangian dan sentuhan serta dengan tipu muslihat dan permaianan mereka, demikian lah mereka mendapatkan laki-laki di dalam kekuasaan mereka dan segera setelah mereka merasa bawa semua ini telah berhasil, maka mereka akan menghancurkan laki-laki, sifat dan kekayaan dan semuanya dengan cara-cara jahat mereka. Ini menyebabkan mereka mendapat julukan yaksa wanita.
Di masa lampau, sekelompok yaksa wanita menggoda sekelompok caravan pedagang dan menguasai mereka. Setelah itu ketika mereka melihat laki-laki yang lainnya, mereka membunuh semua orang dari kelompok pertama itu dan kemudian memangsa mereka, mengunyah mereka dengan gigi mereka dan darah mengalir turun dari kedua pipi mereka. Kemudian Sang Guru berkata kepadanya sebagai berikut, “Wahai Bhikkhu, wanita menggoda laki-laki dengan bentuk badan dan suara mereka, wewangian dan sentuhan serta dengan tipu muslihat dan permaianan mereka, demikian lah mereka mendapatkan laki-laki di dalam kekuasaan mereka dan segera setelah mereka merasa bawa semua ini telah berhasil, maka mereka akan menghancurkan laki-laki, sifat dan kekayaan dan semuanya dengan cara-cara jahat mereka. Ini menyebabkan mereka mendapat julukan yaksa wanita.
Dan kemudian beliau menceritakan kisah masa lampau
Dahulu kala, di Pulau Ceylon terdapat sebuah kota yaksa yang disebut Sirisavatthu dan dihuni oleh para yaksa wanita. Ketika sebuah kapal karam, para yaksa wanita itu merias dan mendadani diri mereka sendiri dan sambil membawa nasi serta bumbu, dengan rombongan pelayan dan anak-anak mereka di pinggul, mereka menghampiri para pedagang tersebut.
Untuk membuat mereka berpikir bahwa disana adalah sebuah kota hunian, para yaksa tersebut membawa mereka melihat disana dan disini para lelaki yang sedang membajak dan menggembalai sapi, segerombolan ternak, anjing dan sebagainya. Kemudian setelah menghampiri pedagang itu, para yaksa wanita tersebut menawarkan kepada mereka untuk menyantap bubur, nasi dan makanan lain yang mereka bawa.
Para pedagang, semuanya tidak sadar memakan apa yang mereka tawarkan, setelah mereka makan dan minum serta beristirahat, para yaksa wanita itu menyapa mereka, “Dimana kalian tinggal ? Darimana dan hendak pergi kemana ? serta apa yang membawa kalian kemari ?” “Kami terdampar disini,” jawab mereka. “Bagus sekali, Tuan-tuan terhormat,” balas mereka “Tiga tahun juga telah berlalu sejak suami kami pergi berlayar dan mungkin mereka telah mati. Kalian adalah pedagang juga, kami bersedia menjadi istri-istri kalian.”
Demikianlah mereka menyesatkan para laki-laki itu dengan tipu muslihat sampai mereka masuk ke dalam kota. Kemudian jika mereka memiliki laki lainnya yang sebelumnya telah ditangkap, mereka akan mengikat mereka dengan rantai gaib dan melemparkan mereka ke dalam gua penyiksaaan. Dan jika mereka tidak menemukan laki-laki yang terdampar di tempat mrereka tinggal, maka mereka akan menyisir pantai sampai sejauh Sungai Kalyani di satu sisi dan Pulau Nagadipa di sisi lainnya.
Untuk membuat mereka berpikir bahwa disana adalah sebuah kota hunian, para yaksa tersebut membawa mereka melihat disana dan disini para lelaki yang sedang membajak dan menggembalai sapi, segerombolan ternak, anjing dan sebagainya. Kemudian setelah menghampiri pedagang itu, para yaksa wanita tersebut menawarkan kepada mereka untuk menyantap bubur, nasi dan makanan lain yang mereka bawa.
Para pedagang, semuanya tidak sadar memakan apa yang mereka tawarkan, setelah mereka makan dan minum serta beristirahat, para yaksa wanita itu menyapa mereka, “Dimana kalian tinggal ? Darimana dan hendak pergi kemana ? serta apa yang membawa kalian kemari ?” “Kami terdampar disini,” jawab mereka. “Bagus sekali, Tuan-tuan terhormat,” balas mereka “Tiga tahun juga telah berlalu sejak suami kami pergi berlayar dan mungkin mereka telah mati. Kalian adalah pedagang juga, kami bersedia menjadi istri-istri kalian.”
Demikianlah mereka menyesatkan para laki-laki itu dengan tipu muslihat sampai mereka masuk ke dalam kota. Kemudian jika mereka memiliki laki lainnya yang sebelumnya telah ditangkap, mereka akan mengikat mereka dengan rantai gaib dan melemparkan mereka ke dalam gua penyiksaaan. Dan jika mereka tidak menemukan laki-laki yang terdampar di tempat mrereka tinggal, maka mereka akan menyisir pantai sampai sejauh Sungai Kalyani di satu sisi dan Pulau Nagadipa di sisi lainnya.
Suatu ketika, terdapat lima ratus pedagang yang kapalnya karam terdampar di pantai dekat kota para yaksa itu tinggal. Seperti biasa, mereka mendatangi dan memikat para pedagang tersebut ke kota mereka; orang-orang yang mereka tangkap sebelumnya kemudian mereka ikat dengan rantai gaib dan dilemparkan ke gua penyiksaan. Kemudian pemimpin yaksa wanita itu mengambil pemimpin pedagang tersebut dan yaksa lainnya mengambil pedagang lainnya sampai kesemua lima ratus yaksa wanita itu mendapatkan lima ratus pedagang lainnya dan kemudian mereka menjadikannya sebagai suami mereka.
Kemudian pada malam hari, ketika suaminya tidur, pemimpin yaksa itu bangun dan pergi menuju ke gua penyiksaan untuk membunuh beberapa laki-laki disana dan memangsa mereka. Begitu juga yang lain, mereka semua melakukan hal yang sama terhadap laki-laki di gua penyiksaan.
Kemudian pada malam hari, ketika suaminya tidur, pemimpin yaksa itu bangun dan pergi menuju ke gua penyiksaan untuk membunuh beberapa laki-laki disana dan memangsa mereka. Begitu juga yang lain, mereka semua melakukan hal yang sama terhadap laki-laki di gua penyiksaan.
Ketika pemimpin yaksa itu kembali setelah memangsa daging manusia, tubuhnya menjadi dingin. Pemimpin pedagang iyu memeluknya dan mengetahui dia adalah seorang yaksa. “kelima ratus lainnya pastilah yaksa juga!” pikirnya dalam hati,” kami harus melarikan diri!”
Maka pada waktu subuh, ketika pergi mencuci mukanya, dia berkata kepada para pedagang lainnya dengan kata-kata berikut,” Mereka semua ini adalah yaksa, bukan manusia ! Segera setelah mendapatkan para laki-laki yang terdampar, mereka akan menjadikan laki-laki tersebut sebagai suami dan akan memakan kita, Ayo Mari kita kabur !”
Dua ratus lima puluh dari mereka menjawab,” Kami tidak bisa meninggalkan mereka, Pergilah kalian jika kalian mau tetapi kami tidak akan pergi!” kemudian pemimpin pedagang tersebut dengan dua ratus lima puluh pedagang lainnya yang siap mematuhinya segera melarikan diri karena takut dengan para yaksa itu.
Pada masa itu, Bodhisatta dilahirlan di dunia sebagai seekor kuda terbang dimana seluruh badannya putih dan paruhnya seperti seekor gagak dengan bulunya seperti rumput munja dan mempunyai kekuatan gaib yaitu dapat terbang di udara. Dari Himalaya, dia terbang ke udara sampai akhirnya tiba di kota Ceylon. Disana dia melewati kolam dan danau serta makan biji-bijian yang tumbuh disana. Dan ketika melewati tempat-tempat itu, dia mengucapkan bahasa manusia sebanyak tiga kali dengan penuh welas asih dan berkata,” Siapa yang hendak pulang ? Siapa yang hendak pulang ?
Para pedagang itu mendengar apa yang diucapkannya dan segera berteriak, “Kami hendak pulang, Tuan.” Sambil merapatkan tangan mereka beranjali dan mengangkatnya ke atas, ke dahi mereka dengan penuh hormat. “Naiklah ke punggungku!” kata Bodhisatta. Sebagian dari mereka naik ke punggungnya dan sebagaian bergantungan pada ekornya serta sebagian lagi tetap berdiri dengan sikap penuh hormat.
Kemudian Bodhisatta mengangkat mereka semuanya, bahkan yang sedang memberi hormat kepadanya dan mengangkut mereka semua, dua ratus lima puluh ribu orang ke negri mereka kembali, kembai ke kediaman masing-masing dan akhirnya dia pulang kembali ke kediamannya sendiri.
Sedangkan para yaksa wanita itu, ketika para laki-laki lain datang ke tempat itu, membunuh dua ratus lima puluh laki-laki yang masih tinggal disana dan melahap mereka.
Sang Guru berkata , menunjukkannya kepada para Bhikkhu, “Para Bhikkhu, sebagian pedagang itu binasa karena jatuh ditangan para yaksa wanita sedangkan sebagian lagi pulang dengan selamat ke rumah mereka masing-masing karena mematuhi perintah kuda yang luar biasa itu. Demikian juga dengan mereka yang mengabaikan nasihat para Buddha, para bhikkhu, bhikkhuni, upasaka dan upasika akan mendapatkan penderitaan yang besar di empat alam rendah, tempat mereka dihukum di bawah lima jenis ikatan dan lain sebagainya. Sedangkan mereka yang mendengarkan nasihat tersebut akan dapat terlahir di dalam tiga kelahiran yang baik, enam alam dewa, dua puluh alam brahma dan mencapai Nibbana, mereka mencapai kebahagiaan yang terbesar.
Kemudian Dia yang Sempurna Kebijaksanannya mengulangi bait-bait berikut “
Kemudian Dia yang Sempurna Kebijaksanannya mengulangi bait-bait berikut “
Mereka yang mengabaikan Buddha ketika beliau memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan. Seperti para yaksa memakan daging para pedagang, demikianlah mereka akan binasa.Mereka yang mendengarkan Buddha ketika beliau memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan, seperti kuda terbang menyelamatkan para pedagang itu, demikianlah mereka akan mendapatkan pembebasan.
Ketika Sang Guru mengakhiri uraian ini, Beliau memaklumkan kebenaran-kebenaran dan mempertautkan kisah kelahiran mereka. Diakhir kebenarannya, Bhikkhu yang menyesal itu mencapai tingkat kesucian Sotapanna dan banyak diantara mereka y ang mencapai tingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagami atau Arahat. Para siswa Buddha adalah dua ratus lima puluh orang pedagang yang mematuhi nasihat kuda tersebut dan Aku sendiri adalah kuda tersebut.
Posting Komentar