Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana tentang Kokalika. Cerita pembukanya akan dikemukakan di dalam Mahatakkari-Jataka, Disini kembali Sang Guru berkata,” Ini bukan pertama kalinya Para Bhikkhu, Kokalika dirusak reputasinya karena berbicara tapi juga sama seperti sebelumnya.” Dan kemudian beliau menceritakan masa lampau,
Dahulu kala, pada saat Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di istana, tumbuh dewasa dan menjadi penasehat raja dalam segala urusan pemerintahan dan spiritual. Tetapi raja ini sangat suka berbicara, dan ketika dia berbicara, tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk mengucapakan sepatah kata pun. Dan Bodhisatta menunggu suatu kesempatan, berharap dapat menghentikan pembicaraan yang banyak itu.
Kala itu, disana terdapat seekor kura-kura yang menetap disebuah kolam didaerah Himalaya. Dua angsa muda liar ketika sedang mencari makan, bertemu dengan kura-kura ini; lama kelamaan mereka menjadi teman akrab. Suatu hari, dua angsa itu berkata kepadanya,
“Teman kura-kura, kami memiliki sebuah ruah yang indah di Himalaya, diatas satu dataran tinggi di Gunung Cikkakuta, di dalam sebuah gua emas! Maukah anda pergi bersama kami ?”
“Bagaimana caranya saya bisa kesana ?” dia bertanya
“Oh, kami akan membawamu jika kamu dapat menutup mulutmu dan tidak mengucapkan sepatah kata pun”.
“Ya, saya dapat melakukan itu,” katanya “ bawalah saya”
Jadi mereka menyuruh kura-kura menggigit sebuah batang kayu dengan giginya dan mereka sendiri memegang kedua ujung batang tersebut dan terbang ke udara.
Anak-anak desa melihat ini dan berseru,” Lihat! Disana ada dua angka membawa seekor kura-kura dengan sebatang kayu!”
Pada saat ini, kedua angsa yang terbang dengan cepat ini telah sampai diatas istana raja. Mendengar kata-kata dari anak-anak desa itu, kura-kura berteriak.”Yaaa dan jika teman-temanku membawaku, apa hubungannya dengan kalian, orang-orang yang jahat ?”
Begitu ia meneriakkan kata-kata tersebut, terlepaslah gigitannya pada batang kayu tersebut dan jatuh ke halaman istana dengan kondisi yang mengenaskan, terbelah dua! Betapa ricuhnya keadaaan istana
“Seekor kura-kura jatuh dan terbelah menjadi dua di halaman istana “ teriak mereka
Sang Raja juga ikut keluar menyaksikan kura-kura tersebut beserta semua pengikutnya dan bertanya kepada Bodhisatta, “Guru yang Bijak, apa yang membuat makhluk ini jatuh ?”
“Sekaranglah saatnya!” pikir Bodhisatta. “Untuk waktu yang lama, saya berharap untuk menasehati raja dan saya telah menunggu-nunggu kesempatan ini, tidak diragukan lagi, kenyataannya adalah beginiKura-kura dan angsa menjadi teman kemudian angsa-angsa ini berniat untuk membawanya ke Himalaya dan menyuruhnya menggigit sebatang batang pohon dan kemudian mengangkatnya terbang ke udara; tetapi kemudian kura-kura ini jatuh karena mendengar olokan dari anak-anak desa itu dan tidak sanggup untuk tidak membalasnya, maka akhirnya dia membuka gigitannya dan jatuhlah dia dari udara.” Demikian yang dipikir Sang Bodhisatta.
“Oh paduka, mereka yang terlalu banyak mulut yang tidak membatasi perkataaan mereka akan menemui kemalangan seperti ini, dan dia mengucapkan bait-bait berikut :
Kura-kura ingin berbicara dengan keras walaupun diantara gigi-giginya.Sebatang kayu digigitnya, tetapi walaupun begitu dia tetap berbicara – dan akhirnya jatuh ke bawah
Dan sekarang ingatlah baik-baik, anda harus berbicara dengan bijaksana dan tepat pada waktunyaJatuh menemui ajalnya sang kura-kura; dia berbicara terlalu banyak; itulah sebabnya
“Dia sedang mengataiku !” pikir sang raja dalam hatinya dan menanyakan Bodhisatta apakah benar demikian adanya.
“Apakah itu anda, paduka raja ataupun orang lain, seperti kura-kura ini, siapapun yang berbicara di luar batas, akan emnemui kesengsaraan seperti ini.” Demikian dia membuat hal itu terwujudkan. Dan sejak itu, raja mengendalikan diri dlaam brbicara dan menjadi orang yang sedikit berbicara.
Posting Komentar