DUBHIYA MAKKATA - JATAKA

Kisah ini dikisahkan oleh Sang Guru ketika berdiam di Veluvana tentang Devadatta. Suatu hari, para bhikkhu sedang berbicara didalam balai kebenaran tentang Devadatta yang tidak tahu berterima kasih dan mengkhianati teman-temannya

Kemudian Sang Guru berkata,” Bukan hanya kali ini saja, para bhikkhu. Devadatta tidak tahu berterima kasih dan mengkhianati  teman-temannya sendiri tetapi sebelumnya dia juga telah melakukan hal yang sama.” Kemudian beliau menceritakan kepada mereka sebuah kisah masa lampau.

Dahulu kala, ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di sebuah keluarga brahmana di sebuah desa di Kasi dan ketika dewasa, dia menikah dan hidup berumah tangga. 

Adapun pada saat itu terdapat sebuah sumur yang dalam di dekat jalan raya di kerajaan kasi yang tidak memiliki jalan untuk ke bawahnya. Orang-orang yang melewati jalan tersebut untuk melakukan jasa kebajikan, biasanya mengambil air dengan sebuah tali yang panjang dan sebuah ember kayu dan mengisi palungan untuk para hewan. Di sekeliling itu adalah hutan yang lebat sekali, tempat sekumpulan kera tinggal.

Terjadi pada suatu ketika selama dua atau tiga hari, persediaan air terhenti yang biasanya diambil oleh para pejalan kaki dan hewan tidak mendapatkan minuman. Seekor kera, yang tersiksa dengan kehausan berjalan naik dan turun di dekat sumur untuk mencari air.

Kala itu, Bodhisatta tiba di tempat tersebut dalam perjalanannya untuk urusan tertentu, mengambil air untuk dirinya sendiri, minum dan mencuci tangannya kemudian dia melihat sang kera, melihat betapa hausnya kera tersebut, sang pejalan kaki mengambil air dari sumur itu dan mengisikannya ke dalam palungan untuknya. Kemudian dia duduk di bawah sebuah pohon untuk melihat apa yang akan dilakukan makhluk tersebut.

Kera tersebut minum, duduk di dekat sana dan membuat sebuah tampang menyeringai untuk menakuti Bodhisatta,”Ah monyet yang jahat.” Katanya ketika melihatnya demikian – “Ketika anda kehausan dan menderita, saya memberikannya air yang banyak dan sekarang anda memperlihatkan tampang kera itu kepadaku. Baik, baik, menolong seseorang yang jahat hanyalah akan menyia-nyiakan pengorbanmu.” Dan dia mengulangi bait pertama
Air yang banyak kuberikan kepadamu; ketika anda kepanasan dan kehausan.Sekarang dengan penuh keburukan, anda duduk mengoceh – terhadap orang jahat, lebih baik tidak melakukan apa-apa.
Kemudian kera yang dengki tersebut membalas,” Menurutku, anda pasti berpikir hanya itulah yang dapat kulakukan, sekarang saya akan menjatuhkan sesuatu di kepalamu sebalum saya pergi.” Kemudian sambil mengulangi bait kedua dia meneruskan :
Siapa yang pernah melihat seekor kera berbuat baik
Akan kujatuhkan kotoran di atas kepalamu; karena demikianlah tingkah laku kami
Segera setelah mendengar ini, Bodhisatta bangkit dan pergi, tepat pada saat yang bersamaan, kera tersebut membuang kotoran dari dahan tempat dia duduk seperti menjatuhkan hiasan di atas kepalanya dan kemudian lari ke dalam hutan sambil tertawa keras. Kemudian Bodhisatta membersihkan dirinya dan melanjutkan perjalanannya.

Ketika Sang Guru mengakhiri uraian ini, dia berkata ,”Bukan hanya sekarang Devadatta seperti itu, tetapi pada masa lalu juga tidak pernah mengakui kebaikan hari yang aku tunjukkan kepadanya.” Setelah itu beliau mempertautkan  kisah kelahiran mereka – Devadatta adalah kera yang jahat itu dan Aku lah sang brahmana tersebut.
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Copyright © 2011. Cerita Jataka - Kisah Sang Buddha Gautama pada masa kelahiran lampau - All Rights Reserved
Template Proudly powered by Blogger